Senin, 21 Februari 2011

My Kornea

Aku Adalah Syafiya
Gadis 18 tahun, yang belum lama di tinggal mati orang tua dan adikku unttuk sellamanya, dalam sebuah insiden kecelakaan yang tak pernah terbayakngan.
Kini aku sebatang kara.Hingga akhirnya aku di asuh oleh sebuah keluarga yang hangat.
Keluarga Az-Zahari.
Pak Mahmud dan bu Mahnud, memiliki 3 orang putra yang sudah menjelang dewasa.
Yang pertam Kak Imron, yang kedua Kak Faris, dan yang ketiga, tentu saja Kak Harits.
Kalau boleh jujur, syafiya memang suddah lama memendam rassa pada kakak angkatnya yang satu ini.
Keluarga Mahmud bukan keluarga yg kaya-kaya amat.Mereka keluarga sholeh.aku bersyukur banyak ilmu yang kudapat darri sini, aku sangat menyayangi keluarga ini.
Seiring cintaku yang semakin besar pada Kak Harits, semakin aku harus menyembunyikan nya pada keluarga Az-Zahari.
Hari ini adalah hari tak terduga kedua setelah hari hari keccelakaan keluargaku. Serombongan keluarga yang kuaya raya datang ke rumah kami yang sangat sederhana.Melihat model dan gaya nya, aku yakin 99,9% mereka keluarga kiayi semacam itu.
Mereka datang untuk melamar Kak Harits?
Yang benar saja.Aku teriris.Aku sangat yakin, tidak ada alasan Kak Harits menolak nya, namanya Kak Farah.Cantik sekali seperti namanya. Dan Kak Harits anak yang sangat berbakti.Aku tak bisa berbuat banyak.
Setahun setelah pernikahan mereka, mereka dikaruniai anak yang segera lahir, kemungkinan beberapa hari lagghi.Tapi, terjadi lagi peristiwa yang tak terduga.
Kak Farah keghabisan banyak darah, di kota sekecil Kediri ini, darah semacam AB seperti Kak Farah sangat langka ditemukan.Pendonor yang kami harap tidak segera kunjung datang. Kak Farah semakin lemmah, putri yang baru dilahirkannya pun butuh ASI dari dya.
Aku berusaha, mencari informasi ke berbagai pihak. Hingga ada seorang Ibu yang sudah hampir tua, menaikki kursi roda yang setua beliau juga.Dalam tubuhnya lah darah yang di butuhkan Kak Farah mengalir. Dia mengajukan satu persyaratan,aku tidak mengerti apa?
Muncullah sesosok gadis dari belakangnya.Itu adalah putri nya yang lama buta.
Dia ingin darah yang kami inginkan ditukar dengan donor kornea.
Kami diam.Saat itu hanya aku dan Kak Harits yang tahu.
Aku berfikir keras, sepulang dari tempat itu.
Aku ingat akan rahasia besarku selama ini, aku memang menderita penyakit kanker otak stadium 3. Aku ingin berguna bagi orang lain diakhir hayat ku. Untuk anak itu, untuk Kak Farah, untuk Kak Harits, Untuk keluarga AzZahari tentu saja.Aku ingin mendonorkan kornea ku besok juga.
Tapi, apa yang kutemukan disana adalah benar.Kak Harits sudah ada disana.Tidak salah lagi.Dia terdiam seolah menunggu ku.Hanya ini yang kuingat.
"Aku berusaha yang terbaik.Tapi cinta ini tak bisa membohongi hatiku sendiri.Ini adalah caraku untuk menghargai Farah dan mencintaiMu"titik.
Aku tak bergerak,sampai aku sadar oprasi telah selesai.Kak Harits telah pergi untuk selamanya.
Semua bersedih.Kak Farah berusaha tabah, dia berusaha menerima kenyataan.
Dan aku.
Tak tahu apa yang mungkin terjadi padaku.
Aku tak tahu, sudah seberapa luas kanker ini menggerogoti tubuhku.
Semuanya terasa gelap sekarang.
Laa ila ha illalah, Muhammadurr Rasulullah.


.Ya Akhi wa Ukhti...
Mungkin tidak ada senyum kabahagiaan yang diharapakan Harits dan Syafiya untuk keluarganya. Mereka memang tidak bisa bersama sekarang, mereka memendam perasaan demi kebahagiaan orang lain.
Read more >>